Cari Blog Ini

Selasa, 24 November 2020

Profesimu Bukan Sekedar Atribut

 

Atribut

Wisuda (dan pestanya) itu cuma ada dua tujuan: sebagai ajang pengumuman diri setelah bergelut dengan tumpukan materi dan pelatihan bertahun-tahun, dan sebagai penyuplai semangat untuk esok-lusa ketika berada di dunia riil. mestinya yang kedua ini serupa zat adiktif, bukannya sekedar suplemen -- meski demikian nyatanya.

Ada teman saya yang gayanya keren. Sehabis wisuda datanglah dia ke kampungnya dengan dada membusung dan kepala setegak gagak yang ingin mendeteksi bangkai. Setiap dua-tiga orang berkumpul dia pasti hadir. Tidak ada sesuatupun yang dibawanya di tangan untuk dibagikan karena memang semua sudah disediakan para pendengar. Ia danggap sebagai tamu di sini, di tanahnya sendiri. Ia datang saja sambil bersiul dengan tangan terbungkus saku (terkadang juga di pinggang). Semua yang hadir di situ pun tidak menuntut apa-apa (tidak berani, tepatnya). Ia turut menikmati saja sebagai bagian dari sebuah kezaliman yang lazim.

Setelah sekian menit berbasa-basi hingga menggapai fantasi layaknya mengunyah sekumpulan mushroom, ia mengubah posisi duduknya. Mengajak anak-anak sekolah yang sedari tadi hanya menenggak dan mengangguk bisu untuk mendekat  sebab ia akan berceramah. Membagi ilmu.

“Di bawah kita, di perut bumi ini, ada buaya yang berkoloni layaknya kita di bagian atas bumi ini. Mereka turut menjaga keseimbangan! Itulah alasannya kenapa kita menemukan batu berbentuk crocodile ketika mengais perut bumi demi mencari air”.

Semua mengangguk.

Tapi saya tahu ke mana arah pembicaraanya. Beberapa hari lalu ia, bersama beberapa orang pencari batu berharga, mengulik kerak bumi dan salah satu temuan mereka adalah sebentuk batu menyerupai buaya.

Mereka yang tua, dalam lingkaran itu, tidak pernah membayangkan kalau anak-anak yang bergelantungan di atas minibus setiap waktu di sana adalah para pemburu ijazah. Anak-anak sekolah yang ada dalam bilangan itupun saya yakin tidak pernah membayangkan kalau mahasiswa yang kerjanya cuma tiduran di kontrakan, selalu mengecek jadwal kondangan di kampung, dan lain sebagainya, akan mudah sekali menambah panjang namanya dengan dua-tiga huruf biasa yang dikeramatkan dengan seekor ayam merah. Yang mereka tahu adalah teman saya itu, anak kuliah yang kini tidak boleh dianggap enteng; harus disemat sebutan “Pak” dan tambahan lain di belakang namanya. Bagi mereka, itu bukan lagi sekedar atribut!

Esoknya ia – teman saya itu – melewatkan dua jam bangun paginya seperti biasa. Kesiangan. Buru-buru ia pergi tanpa mandi dan sarapan. Berdiri di pintu kelas:

“Anak-anak, catatan hari ini dimulai dari bab kelima, halaman 107 sampai halaman 116. Minggu depan ulangan bab ini”.

Esok dan seterusnya adalah libur resminya yang dieufimis sebagai fakultatif. Ia pergi, menunggu lagi hari di mana bab kelima itu akan dibuatkan angka-angkanya dalam selembar kertas mitigatif untuk diserahkan. Penuh resiko, tapi tak peduli!

Setelah itu dimulailah libur yang sesungguhnya bagi mereka yang doyan menggunakan tanggung jawabnya. Tapi dia selalu ada di mana-mana.

Tidak ada surat peringatan.

Tidak ada intimidasi.

Tidak ada antibodi,

bagai memungut Panta-Rhei bagi seekor bagal yang terlanjur punya insang.

#selamat_hari_guru

» Jeffrey Aryanto »


2 komentar:

PEGUMUMAN KELULUSAN SISWA  SMA NEGERI MIOMAFFO TENGAH  TAHUN AJARAN 2021/2022 Informasi ini disampaikan kepada seluruh siswa Kelas XII SMAN ...