Cari Blog Ini

Minggu, 01 November 2020

Kepercayaan

 


KEPERCAYAAN

Aturan pertama dalam teknik psikologi untuk membuat orang lain melakukan apa saja yang kita kehendaki adalah berusahalah memikat hati mereka. Lakukanlah sesuatu yang bisa membuat mereka menyukai pribadi kita. Menangkan hati mereka dan kita akan memanen dua keuntungan sekaligus: kepercayaan dan ambisi.

Kelihatannya mudah tetapi tidak semua orang mampu melakukan hal ini. Bagi sebagian orang yang menyukai “ketenangan”, teknik ini adalah pilihan pertama dan utama. Orang-orang seperti ini biasanya menyelaraskan pikiran dan hati sebelum mecapai tujuan. Kurang lebih seperti dalam ilmu Tai Chi, perlu mengatur napas secara baik dan benar sebelum menyerang musuh. Percuma memiliki ilmu kanuragan yang sakti mandraguna tapi tidak memiliki penguasaan diri yang baik. Sedangkan bagi mereka yang keras kepala dan arogan ini adalah pilihan yang tidak masuk akal karena terlalu berputar-putar. Terlalu lama bermain-main di permukaan padahal bukan itu yang disasar. Orang-orang seperti ini biasanya tidak memilih basa-basi. Tidak mementingkan proses. Seumpama  berjalan ke sebuah ruang lain yang dibatasi tembok tapi tidak memilih cara memutar atau memanjat tembok itu melainkan mereka memilih menabrak temboknya, meruntuhkannya, lalu menggapai harapan yang sudah lama terpendam tanpa peduli akan tembok itu.

Rupanya teknik psikologi ini yang sedang “digalakkan” oleh beberapa orang di negeri ini. Awalnya mereka menanamkan tipudaya dan provokasi ke mana-mana untuk merebut simpati (kepercayaan). Kepada para bocahpun mereka tidak peduli. Kebenaran tidak sudi mereka lihat secara objektif. Mereka mempercayai kebenaran yang dikhayalkan sendiri, seolah mereka pemilik satu-satunya kebenaran itu. Sebanyak mungkin orang ditarik ke dalam pusaran permainan mereka. Dan begitu kebusukan mereka ketahuan kemudian, upaya merebut simpati – lagi – mulai  dijalankan. “Saya tidak mungkin melakukan tindakan keji itu. Saya takut sama yang di atas,” katanya. Entah ada apa gerangan di atas sana. “Atas” sebagai simbol ataukah “Atas” sebagai tekstual? Di bagain lain ada yang bilang, “membunuh semut saja beliau tidak berani, apalagi beliau melakukan ********** (sensor!). Itu fitnah!”

Ada sebuah ungkapan yang suka saya ingat: untuk membunuh iblis, kau harus pertama-tama membersihkan hati iblismu. Sayangnya iblis itu sudah terlanjur betah di dalam sana. Cara mengusirnya adalah dengan berhenti berbohong. Tetapi sayang seribu sayang, kebohongan itu sudah terlanjur beranak-pinak. Menular hingga hampir tidak menyisakan lagi kepercayaan dari kebanyakan orang kepada kebenaran-kebenaran yang sudah ditetapkan para pendiri bangsa.

Kita selalu percaya bahwa masih sangat banyak orang di negeri ini yang memiliki pikiran positif untuk kemajuan bangsa dan keberlanjutan NKRI dengan Pancasila sebagai dasarnya. Tetapi coba hitung, berapa banyak orang yang mau dan berani menularkan pikiran positif itu untuk mengurung segelintir manusia yang suka menang sendiri itu? Mungkin masih banyak, tetapi hampir tidak ada gaungnya. Tidak sedikit yang masih melihat ke luar dengan pikiran acuh. “Biarkan saja. Selama saya tidak menggangu mereka dan merekapun tidak mengganggu saya bersama  kepentingan-kepentingan saya, biarkanlah”. Sementara di luar sana mereka, para pengacau itu, terus bergerak. Mereka menularkan virus kekacauan kepada siapa saja, termasuk orang-orang yang tidak mengganggu mereka. Mereka tidak peduli kita mengganggu mereka atau tidak. Mereka tidak peduli sekalipun kita berbuat baik secara sembunyi-sebunyi. Sebaik apapun kita bagi mereka kita adalah makluk ekstraterestrial yang harus disingkirkan. Bagi mereka ketidakpedulian kita adalah suplemen.

Mau sampai kapan kita menikmati ketidakpedulian kita? Mau sampai kapan kita menjaga batas teritori kita yang semakin hari semakin dipersempit oleh mereka? Mau sampai kapan kita membiarkan kepercayaan yang sudah diberikan oleh para pejuang kemerdekaan kita dulu dirampas? Mau sampai kapan kita bertahan untuk tidak merampas kembali kepercayaan masyarakat terhadap lembaga-lembaga pemerintah?

Benar bahwa kebenaran selalu mencari jalannya sendiri. Tapi kebaikan harus ditularkan. Keberanian membutuhkan taktik. Dan kepercayaan harus dimenangkan.

» Jeffrey Aryanto »

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEGUMUMAN KELULUSAN SISWA  SMA NEGERI MIOMAFFO TENGAH  TAHUN AJARAN 2021/2022 Informasi ini disampaikan kepada seluruh siswa Kelas XII SMAN ...