MEREKA MENANTI DOAMU DI PURGATORIUM
Kemarin Gereja Katolik memperingati Hari Orang Kudus
(All Saints Day), sebuah bentuk pengormatan yang telah Gereja praktekkan sejak
abad kedua Masehi kepada semua orang yang telah meninggal dalam perjuangannya
membela iman Katolik hingga titik darah
penghabisan. Hari ini Gereja melanjutkan penghormatan itu dengan lebih spesifik
pada semua arwah orang-orang Katolik (All Souls Day) yang telah meninggal
tetapi belum berada di surga.
Secara sengaja Gereja menempatkan kedua peringatan ini
secara berurutan untuk menunjukkan sekaligus mengajak kita berdoa bagi para
arwah yang masih berada di Api Penyucian (Purgatorium) untuk segera bergabung
dengan para kudus di surga. Meskipun ajaran detail dan teologi yang menjelaskan praktek
ini baru dikeluarkan kemudian oleh Gereja di abad berikutnya,
mendoakan
jiwa orang- orang yang sudah meninggal telah tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42.
Di dalam kitab Perjanjian Baru pun tercatat bahwa St.
Paulus berdoa bagi kawannya Onesiforus (lih. 2 Tim 1:18) yang telah
meninggal dunia. Para Bapa Gereja, yaitu Tertullian dan St. Cyprian juga
mengajarkan praktek mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Hal ini
menunjukkan bahwa jemaat Kristen perdana percaya bahwa doa- doa mereka dapat
memberikan efek positif kepada jiwa- jiwa yang telah wafat tersebut.
Ada sebagain orang yang tidak mengakui adanya
Purgatorium ini dengan dalih bahwa kata Purgatorium ini tidak terdapat di dalam
Kiab Suci. Memang benar demikian. Tetapi perlu diingat juga bahwa kata Trinitas
dan kata Inkarnasi juga tidak terdapat secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Tetapi
saya pikir, yang terpenting di sini bukalan ada tidaknya sebuah kata dapam
Kitab Suci secara eksplisit tetapi yang terpenting adalah ajarannya. Silakan tidak
percaya, tetapi ketidakpercayaan itu tidak bisa menegasi eksistensi
Purgatorium.
Gereja
Katolik mengajarkan bahwa selain surga dan nereka, ada juga sebuah tempat lain
yang menjadi titik singgah bagi sebagian orang dosa-dosanya belum bisa diampuni
oeh Tuhan dan karena itu orang-orang tersebut belum layak memasuki surga abadi.
Tempat itu dinamakan Purgatorium atau api Penyucian. Secara tidak langsung
Yesus mengajarkan adanya tempat ini dalam Mat. 12:32: “ … tetapi jika ia menentang Roh Kudus,
ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun
tidak.” Di sini Yesus
mengajarkan bahwa ada dosa yang dapat diampuni pada kehidupan yang akan datang.
Padahal kita tahu bahwa di neraka, dosa tidak dapat diampuni, sedangkan di
surga tidak ada dosa yang perlu diampuni. Maka pengampunan dosa yang ada
setelah kematian terjadi di Api Penyucian, walaupun Yesus tidak menyebutkan
secara eksplisit istilah ‘Api Penyucian’ ini.
Ajaran Gereja tentang Purgatorium ini dapat kita
temukan juga dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) #1030-1032. Ada
beberapa poin penting yang dapat kit tarik dari dokumen ini.
1. Gereja ingin mengajarkan bahwa Purgatorium adalah sebuah tempat bagi orang-orang
yang telah meninggal dalam keadaan penuh persahabatan atau akrab dengan Tuhan
tapi belum sepenuhnya bersih dari dosa.
2. Di Purgatorium terdapat nyala api yang akan membersihkan dosa-dosa yang
masih melekat agar sepenuhnya bersih dan dengan itu mereka dapat layak memasuki
surga abadi. Api yang membakar di Purgatorium adalah api yang berfungsi untuk
memurnikan/membersihkan, bukan api yang menghancurkan atau membinasakan,
seperti yang dikatakan oleh Rasul Pauus sendiri, “… tetapi ia sendiri akan diselamatkan,
tetapi seperti dari dalam api.” (1Kor. 3:15).
Api ini dapat diibaratkan dengan api seorang tukang besi/emas yang mana dengan
api ini segama macam kotoran yang melekat pada emas mentah akan dipisahkan sehingga
yang tersisa hanyalah emas murni yang siap untuk dibentuk menjadi sebuah barang
berharga. Api ini berbeda dengan Api Neraka yang sifatnya menghancurkan segala
macam barang/benda yang dibakar hingga menyisakan abu saja.
3. Gereja ingin mengajak kita yang masih mengembara di dunia ini untuk
membantu mereka yang masih berada di Purgatorium untuk secepatnya beralih ke
surga dengan bantuan doa-doa kita.
Di Kelas Agama Katolik, saya selalu mengumpamakan
Purgatorium ini dengan sebuah Terminal: jika Anda meninggal dalam keadaan 100%
bersih maka Anda pasti langsung menuju surga. Jika anda meninggal dalam keadaan
100% berdosa, maka Anda pasti langsung menuju neraka. Tidak ada kompromi. Tetapi
jika Anda meninggal dalam keadaan 50% bersih dan 50% berdosa, maka Anda tentu
harus berhenti sejenak di Terminal terlebih dahulu, menunggu “momen” yang tepat
untuk melanjutkan perjalanan ke surga. Momen yang tepat itu baru bisa diperoleh
ketika saudara-saudaramu di dunia ini terus-menerus mengirimkan doa kepada
Tuhan agar Anda dibolehkan Tuhan melanjutkan perjalana ke surga.
Jika Anda berada di “terminal” itu, Anda hanya punya
satu kemungkinan perjalanan yaitu ke surga. Tidak ada kemungkinan ke neraka. Tetapi
lama-tidaknya waktu yang Anda butuhkan di
“terminal” itu bergantung pada seberapa banyak doa dan seberapa banyak yakinnya
saudara-sauramu di dunia ini mengirimkan doa kepada Tuhan dan – yang paling penting
adalah – kemurahan Tuhan untuk mengizinkanmu masuk ke dalam kerajaan-Nya. Faktor
kemurahan Tuhan ini adalah kunci karena kita tahu bahwa keselamatan itu ada di
tangan Tuhan sepenuhnya. Tindakan baik kita tidak bisa mutlak mempengaruhi
kebebasan Tuhan dalam bertindak.
Jadi, bersyukurlah karena ada Apa Penyucian,
saudara-saudara.
Selamat merayakan tanggal hari ini di TPU terdekat. Tapi
ingatlah tujuan ke TPU adalah untuk mendoakan leluhur yang masih beraa di Purgatorium.
Bukan sekedar ke TPU sebagai kewajiban dan untuk bersenang-senang.
>> Jeffrey Aryanto >>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar