Cari Blog Ini

Minggu, 01 November 2020

All Souls Day

 



MEREKA MENANTI DOAMU DI PURGATORIUM

 

Kemarin Gereja Katolik memperingati Hari Orang Kudus (All Saints Day), sebuah bentuk pengormatan yang telah Gereja praktekkan sejak abad kedua Masehi kepada semua orang yang telah meninggal dalam perjuangannya membela iman Katolik  hingga titik darah penghabisan. Hari ini Gereja melanjutkan penghormatan itu dengan lebih spesifik pada semua arwah orang-orang Katolik (All Souls Day) yang telah meninggal tetapi belum berada di surga.

Secara sengaja Gereja menempatkan kedua peringatan ini secara berurutan untuk menunjukkan sekaligus mengajak kita berdoa bagi para arwah yang masih berada di Api Penyucian (Purgatorium) untuk segera bergabung dengan para kudus di surga. Meskipun ajaran detail dan teologi yang menjelaskan praktek ini baru dikeluarkan kemudian oleh Gereja di abad berikutnya, mendoakan jiwa orang- orang yang sudah meninggal telah tercatat dalam 2 Makabe 12:41-42. Di dalam kitab Perjanjian Baru pun tercatat bahwa St. Paulus berdoa bagi kawannya Onesiforus  (lih. 2 Tim 1:18) yang telah meninggal dunia. Para Bapa Gereja, yaitu Tertullian dan St. Cyprian juga mengajarkan praktek mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Hal ini menunjukkan bahwa jemaat Kristen perdana percaya bahwa doa- doa mereka dapat memberikan efek positif kepada jiwa- jiwa yang telah wafat tersebut.

Ada sebagain orang yang tidak mengakui adanya Purgatorium ini dengan dalih bahwa kata Purgatorium ini tidak terdapat di dalam Kiab Suci. Memang benar demikian. Tetapi perlu diingat juga bahwa kata Trinitas dan kata Inkarnasi juga tidak terdapat secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Tetapi saya pikir, yang terpenting di sini bukalan ada tidaknya sebuah kata dapam Kitab Suci secara eksplisit tetapi yang terpenting adalah ajarannya. Silakan tidak percaya, tetapi ketidakpercayaan itu tidak bisa menegasi eksistensi Purgatorium.

Gereja Katolik mengajarkan bahwa selain surga dan nereka, ada juga sebuah tempat lain yang menjadi titik singgah bagi sebagian orang dosa-dosanya belum bisa diampuni oeh Tuhan dan karena itu orang-orang tersebut belum layak memasuki surga abadi. Tempat itu dinamakan Purgatorium atau api Penyucian. Secara tidak langsung Yesus mengajarkan adanya tempat ini dalam Mat. 12:32: “ … tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak.” Di sini Yesus mengajarkan bahwa ada dosa yang dapat diampuni pada kehidupan yang akan datang. Padahal kita tahu bahwa di neraka, dosa tidak dapat diampuni, sedangkan di surga tidak ada dosa yang perlu diampuni. Maka pengampunan dosa yang ada setelah kematian terjadi di Api Penyucian, walaupun Yesus tidak menyebutkan secara eksplisit istilah ‘Api Penyucian’ ini.

Ajaran Gereja tentang Purgatorium ini dapat kita temukan juga dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) #1030-1032. Ada beberapa poin penting yang dapat kit tarik dari dokumen ini.

1.    Gereja ingin mengajarkan bahwa Purgatorium adalah sebuah tempat bagi orang-orang yang telah meninggal dalam keadaan penuh persahabatan atau akrab dengan Tuhan tapi belum sepenuhnya bersih dari dosa.

2.    Di Purgatorium terdapat nyala api yang akan membersihkan dosa-dosa yang masih melekat agar sepenuhnya bersih dan dengan itu mereka dapat layak memasuki surga abadi. Api yang membakar di Purgatorium adalah api yang berfungsi untuk memurnikan/membersihkan, bukan api yang menghancurkan atau membinasakan, seperti yang dikatakan oleh Rasul Pauus sendiri, “… tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.” (1Kor. 3:15). Api ini dapat diibaratkan dengan api seorang tukang besi/emas yang mana dengan api ini segama macam kotoran yang melekat pada emas mentah akan dipisahkan sehingga yang tersisa hanyalah emas murni yang siap untuk dibentuk menjadi sebuah barang berharga. Api ini berbeda dengan Api Neraka yang sifatnya menghancurkan segala macam barang/benda yang dibakar hingga menyisakan abu saja.

3.    Gereja ingin mengajak kita yang masih mengembara di dunia ini untuk membantu mereka yang masih berada di Purgatorium untuk secepatnya beralih ke surga dengan bantuan doa-doa kita.

Di Kelas Agama Katolik, saya selalu mengumpamakan Purgatorium ini dengan sebuah Terminal: jika Anda meninggal dalam keadaan 100% bersih maka Anda pasti langsung menuju surga. Jika anda meninggal dalam keadaan 100% berdosa, maka Anda pasti langsung menuju neraka. Tidak ada kompromi. Tetapi jika Anda meninggal dalam keadaan 50% bersih dan 50% berdosa, maka Anda tentu harus berhenti sejenak di Terminal terlebih dahulu, menunggu “momen” yang tepat untuk melanjutkan perjalanan ke surga. Momen yang tepat itu baru bisa diperoleh ketika saudara-saudaramu di dunia ini terus-menerus mengirimkan doa kepada Tuhan agar Anda dibolehkan Tuhan melanjutkan perjalana ke surga.

Jika Anda berada di “terminal” itu, Anda hanya punya satu kemungkinan perjalanan yaitu ke surga. Tidak ada kemungkinan ke neraka. Tetapi lama-tidaknya waktu yang Anda butuhkan  di “terminal” itu bergantung pada seberapa banyak doa dan seberapa banyak yakinnya saudara-sauramu di dunia ini mengirimkan doa kepada Tuhan dan – yang paling penting adalah – kemurahan Tuhan untuk mengizinkanmu masuk ke dalam kerajaan-Nya. Faktor kemurahan Tuhan ini adalah kunci karena kita tahu bahwa keselamatan itu ada di tangan Tuhan sepenuhnya. Tindakan baik kita tidak bisa mutlak mempengaruhi kebebasan Tuhan dalam bertindak.

Jadi, bersyukurlah karena ada Apa Penyucian, saudara-saudara.

Selamat merayakan tanggal hari ini di TPU terdekat. Tapi ingatlah tujuan ke TPU adalah untuk mendoakan leluhur yang masih beraa di Purgatorium. Bukan sekedar ke TPU sebagai kewajiban dan untuk bersenang-senang.

>> Jeffrey Aryanto >>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEGUMUMAN KELULUSAN SISWA  SMA NEGERI MIOMAFFO TENGAH  TAHUN AJARAN 2021/2022 Informasi ini disampaikan kepada seluruh siswa Kelas XII SMAN ...