Cari Blog Ini
Selasa, 27 Oktober 2020
Minggu, 25 Oktober 2020
Galeri Pelatihan Video Pembelajaran
SOSIALISASI RUMAH BELAJAR DAN PEMBUATAN VIDEO PEMBELAJARAN
Mereka ini adalah guru-guru muda yang memiliki antusiasme sangat tinggi akan penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Sekalipun masih "berada dalam kegelapan", mereka tidak menutup pintu pencarian akan pengetahuan dan perkembangan pengetahuan.
Kepala sekolahnya luar biasa. Meski baru menjabat sebagai kepala sekolah -- dan terutama menjadi kepala sekolah di sebuah sekolah yang baru didirikan -- beliau memiliki hasrat yang sangat tinggi dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi sekolah ini ke depan. Saya ingat pertemuan kami yang begitu singkat di suatu siang di halaman Kantor Kementerian Agama Kabupaten Timor Tengah Utara. Tanpa banyak tawar-menawar, beliau langsung meminta kesediaan saya untuk membantu teman-teman guru di sekolahnya meningkatkan skill dalam hal kecakapan Information Technology (IT). Apa yang bisa saya lakukan selain menerima tawaran ini? Nothing! Selain karena saya seorang Sahabat Rumah Belajar, saya juga punya passion yang cukup besar akan IT dan kerinduan yang sangat mendalam untuk "membawa" teman-teman guru di sini menjadi guru yang tidak terasing dengan kemajuan teknologi. Maka berangkatlah saya ke sana dengan gairah yang membara.
Dua hari pelatihan rasanya tidak cukup. Masih ada materi yang belum tersentuh, tapi pada akhirnya semangat itu harus dibatasi juga hehe.... Tetap semangat ya teman-teman. Teruslah berkreasi. Saya siap membantu jika masih ada yang ingin bertanya mengenai "sisa" pelatihan kita. Ciaoooo......
Oh iya, satu hal yang saya sesali, dua hari itu juga ternyata tidak cukup untuk - setidaknya - menghafal nama teman-teman guru yang mengikuti pelatihan 😜
Seriusnya pake banget sih. Makanya kelupaan hehe........
Mengenalkan Rumah Belajar KEMDIKBUD
Oleh Jefri A. Petrus,
S.Fil
(Sahabat Rumah
Belajar Kabupaten TTU, Provinsi NTT [2018-2020])
Disampaikan pada
Tatap Muka Sosialisasi Rumah Belajar
di SMAK Sta. Filomena
Mena, Kec. Biboki Moenleu, Kab. TTU, Prov. NTT,
Tanggal 16 – 17 Oktober 2020
Apa Itu Portal Rumah Belajar?
Portal
pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta fasilitas komunikasi yang
mendukung interaksi antar komunitas. Rumah Belajar hadir sebagai bentuk inovasi
pembelajaran di era industri 4.0 yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dan guru
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat. Dengan menggunakan
Rumah Belajar, kita dapat belajar di mana saja, kapan saja dengan siapa saja.
Seluruh konten yang ada di Rumah Belajar dapat diakses dan dimanfaatkan secara
gratis. Kunjungi http://belajar.kemdikbud.go.id/
FITUR-FITUR RUMAH BELAJAR KEMDIKBUD
(http://belajar.kemdikbud.go.id/)
1. Sumber
Belajar : https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/
Fitur yang menyajikan materi ajar bagi siswa dan guru
berdasarkan kurikulum. Materi ajar disajikan secara terstruktur dengan tampilan
yang menarik dalam bentuk gambar, video, animasi, simulasi, evaluasi, dan
permainan. Berisi materi pembelajaran dari jenjang PAUD hingga SMA/SMK.
2. Laboratorium Maya : https://vlab.belajar.kemdikbud.go.id/
Fitur simulasi praktikum laboratorium yang ada disajikan
secara interaktif dan menarik, dikemas bersama lembar kerja siswa dan teori
praktikum.
3. Kelas Maya : https://kelasmaya.belajar.kemdikbud.go.id/
Sebuah Learning Management System (LMS) yang memungkinkan guru untuk membuat kelas daringnya masing-masing untuk mendukung pembelajaran di kelas maupun luar kelas. Dengan fitur ini, guru dapat memberikan bahan ajar yang dapat diakses dan dibagikan oleh siswa dalam bentuk digital kapan saja dan di mana saja.
4. Bank
Soal: https://banksoal.belajar.kemdikbud.go.id/
Fitur kumpulan soal dan materi evaluasi siswa yang dikelompokkan berdasarkan topik ajar. Tersedia juga berbagai akses soal latihan, ulangan, dan ujian.
5. Fitur Pendukung
a)
Peta Budaya : https://petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id/
b)
Buku Sekolah Elektronik: https://bse.belajar.kemdikbud.go.id/
c) Wahana Jelajah Luar Angkasa: http://wwt.belajar.kemdikbud.go.id/
d) Ragam Bahasa dan Sastra: https://belajar.kemdikbud.go.id/BahasaSastra
e) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan: http://simpatik.belajar.kemdikbud.go.id/
f) Game Edukasi : https://belajar.kemdikbud.go.id/EduGame
Sekian dan Terimakasih
TAKUT
TAKUT
Beberapa hari belakangan ini viral permintaan
maaf dengan meterai enam ribu. Entah siapa penggagasnya tapi yang jelas ini
merupakan hal baru dalam menyelesaiakan sebuah persoalan. Alih-alih membawa kesalahpahaman-kesalahpahaman yang ada untuk
diselesaikan secara mufakat, mereka – para “penemu” ide kocak tersebut – malah
menciptakan trend yang benar-benar baru. Meterai yang sejatiya (setahu saya) adalah
sebagai alat pembuktian mengenai sebuah perbuatan, kenyataan ataupun keadaan
yang bersifat perdata sekarang kok malah dibawah ke ranah pidana. Ada-ada saja.
Tapi pertanyaan utama saya sesungguhnya adalah
kenapa sampai ada inisiatif menggunakan meterai dalam membuat sebuah surat
permintaan maaf? Kurang yakinkah mereka akan keabsahan surat yang dibuat? Tidak
cukupkah sebuah ungkapan verbal mencukupkan keinginan yang terlmpau suci
sekalipun? Ataukah justru ada ketakutan akut dari dalam hati mereka terhadap
keyakinan yang mereka banggakan itu? Tidak ada yang tahu selain Tuhan dan –
tentu saja – mereka sendiri. Tapi kalau boleh menebak, saya memilih kemungkinan
kedua.
Takut itu normal. Manusia – seberani apapun dia
– selalu ada keniscayaan akan rasa takut yang terbawa sejak lahir. Tidak ada
satu manusiapun yang mampu melarikan diri dari perasaan itu. Rasa takut itu
tidak diskriminatif. Tidak pandang status sosial dan sebagainya. Pengelolaan
emosi yang baik sajalah yang sering menarik rasa takut itu KE DALAM diri
sehingga membuat keberanian itu muncul ke permukaan.
Jika menggunakan teori Edward T. Hall tentang
keterkaitan antara jarak dalam memahami bahasa tubuh seseorang, seharusnya
ketakutan-ketakutan semacam itu hanya boleh terjadi ketika mereka berusaha
menjaga teritorinya yang terusik. Menjaga wilayah intimnya yang tidak boleh
dimasuki orang lain. Tapi itupun mengisyaratkan bahwa yang dijaga itu adalah
memang benar-benar PATUT dijaga, bukan TERPAKSA patut dijaga (hanya karena
ingin terlihat bagai pejuang yang mengimpikan gelar santo, misalnya). Karena
jika “penjagaan” itu dipaksakan maka masuklah mereka dalam kategori inferior
karena menggunakan ruang sosial untuk menjaga jarak dengan menolak kehadiran
orang lain. Salah kamar, istilah lainnya.
Ibarat meja berkaki empat, kita butuh
keberanian untuk melawan ketidakbenaran. Kita butuh solidaritas untuk
membungkam kesewenangan. Kita butuh komitmen untuk merawat keberagaman. Dan
kita butuh hati untuk menopang pikiran yang kacau karena kepintaran yang
setengah-setengah. Tanpa itu semua kita hanya akan menjadi generasi penikmat
sinetron.
Tanpa sadar meterai itu berbicara banyak kepada
kita tentang siapa mereka. Mereka sedang menjual diri secara terbuka tentang
rasa takut mereka yang tak terkelola secara baik.
» Jefri Aryanto »
Sabtu, 24 Oktober 2020
BIAKI WATERFALL
BIAKI WATERFALL
Inilah beberapa foto yang berhasil membekukan keindahan tempat ini dalam perjalanan sya bersama teman-teman guru dari SMP SATAP Oemasi, Kabupaten TTU.
PEGUMUMAN KELULUSAN SISWA SMA NEGERI MIOMAFFO TENGAH TAHUN AJARAN 2021/2022 Informasi ini disampaikan kepada seluruh siswa Kelas XII SMAN ...
-
PEGUMUMAN KELULUSAN SISWA SMA NEGERI MIOMAFFO TENGAH TAHUN AJARAN 2021/2022 Informasi ini disampaikan kepada seluruh siswa Kelas XII SMAN ...
-
Oleh: Jefri A. Petrus Selamat datang di blog sederhana ini. (Sebelum lanjut pada materi tutorial ini, Bapak/Ibu yang ingin mendapatkan mat...